Senin, 27 Oktober 2014

PELANGI HIDAYAH ^_^










            Bermula dari pertemuan perkenalan ekskul di Sekolah Menengah Atas, terhayut dalam buaian kedahsyatan yang tak pernah tertemukan sebelumnya. Raungan Takbir yang begitu menggetarkan hati dan senyuman yang menenangkan jiwa, kakak-kakak itubegitu ramah, qolbu terhayut dalam belaian mesrah indahnya Islam. Mereka menamai organisasi mereka dengan Irmas, damai sekali Jilbab lebar kakak perempuan yang teersibak angin membuat ku terpana, apalagi bulatan senyum ramah yang selalu ia tebarkan kepada kami siswa baru, diri ini tertarik mengenalnya lebih dekat.
            Apakah ini pertanda hidayah yang sering dibicarakan banyak orang?
            “Masa SMP”
            Asma adalah seorang siswa Menengah Pertama yang memiliki sikap trendy dan dendy. Penampilanya bak ratu Kleopatra yang menawan ditengah gurun sahara dan menarik dibukit piramida. Laki-laki yang tak memiliki pemahaman untuk menjaga hati selalu mencoba mendekatinya, rayuan kata selalu terlontar kepadanya namun dia tak pernah menaggapinya. Mungkin penampilannya yang selalu anggun, apa lagi ketika rambut panjangnya yang tersibak angin membuat laki-laki tak semakin tak berhenti menggodanya.
            “Ma, kamu itu cantiik. Cowok-cowok juga suka dengan kamu, tapi kenapa kamu gak pernah serius sama satu orang pun yang mencoba dekatin kamu?” kata Dea temenya.
            “hhmm, belum saatnya aku serius dengan mereka, lagian bisa ajakan mereka suka sama aku bukan karena hati mereka, yang serius-serius ntar aja kalau sudah menjadi suami... haha, fokus belajar dulu aja.” Sahut Asma sambil cekikian.
“Kamu itu cantik, juara umum lagi, gak salah aku memilih kamu jadi teman.” Sahut Dea kembali.
Asma hanya menyahut pernyataan Dea dengan senyum manis yang biasa dia lontarkan kepada orang terdekatnya, dan Asma mencoba mengganti alur pembicaraan kepada mata pelajaran yang sedang dipelajari bersama.
            Kelulusan SMP”
            Ujian Naisonal telah menguras otaknya hari-hari dihabiskannya untuk mengupas tuntas pelajaran-pelajaran yang akan diujikan. Usahanya tak sia-sia, kini Asma lulus dengan predikat siswa dengan NEM terbaik disekolahnya. Dia memang selalu mendapatkan gelar juara umum semenjak SD hal yang biasa namun membuat orang tuanya bahagia.
            “Ma, selamat yah! Kamu lulus dengan hasil terbaik.” Dea mengucapkan selamat.
            “makasih ya De, Alhamdulillah. Doakan aku mudah-mudahan test SMA aku juga lulus.” Jawab Asma.
            Keinginannya memasuki salah satu sekolah favorit dikotanya tak tertahankan lagi. Entah kenapa Asma menemukan hal yang berbeda saat keinginannya itu didukung oleh kedua orang tuanya. Berbeda halnya ketika masuk SMP. “Aku berharap aku lulus di SMA itu.” Lirih Asma dalah hati.
            “Mula-Mula SMA”
            Asma lulus di sekolah yang diimpikannya. Kebahagiaan Asma mengiringi dia selalu untuk menyempurnakan ikhtiarnya untuk mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Tahap demi tahap dia lalui. Persyaratan daftar ulang pun dia penuhi. Sampai-sampai Masa Orientasi Siswa (MOS) yang memperkenalkan segala aspek terkait sekolah dia ikuti, dan pada masa itu pula dia menemukan getaran kesyahduan yang berbeda. Rasa penasarannya untuk menyapa kakak perempuan organisasi ittu selalu menghantuinya. Hingga sampai pada satu waktu.
            “Assalamu’alaikum... Dek.”
            Yuurr... perasaan syahdu itu kembali hadir suara itu, senyum ramah itu. “Wa’alaikumsalam, ya kak.” Sahut Asma.
            “Sendirian saja diberanda musholah? Yang lain kemana?”
            “Iya kak, lagi nunggu teman yang sedang dalam perejalanan.”
            “Ohh gitu, eh kita belum Ta’aruf. Nama saya Lia, nama adik siapa?”
Ta’aruf??? Kata apa itu, aku baru mendengarnya kali ini. Asing rasanya kata itu singga ditelinga ku. Apa yah artinya? Lirih Asma dalam hati.
            “Nama saya Asma kak, saya siswa baru di sekolah ini. Kakak yang waktu itu di depan yang memperkenalkan Irmas yah?
            Keinginannya untuk mengenal kakak perempuan yang membuat dia terbuai dalam kesyahduan dikabulkan oleh Allah. Asma tersadar ternyata pertolongan Allah datang dari sisi yang tak pernah dia duga, dia tak pernah menyangka akan berkenalan dengan kak Lia dalam waktu yang sangat singkat, hingga Ta’aruf berlanjut sampai perubahan pada diri Asma.
                “Ta’lim Pertama”
Hp Asma bergetar dengan nada dering potongan lagu berjudul “Sunny” yang dibawakan BCL yang sedang ngetop pada masa itu. Ternyata dia mendapat pesan singkat dari kak Lia yang berisikan “Assalamu’alaikum dek  Asma... hari ini ada agenda? Kalo tidak ada hari ini disekolah teman-teman Irmas punyaagenda Ta’lim rutin pekanan. Kak Lia tunggu disekolah yah, kak Lia harap dek Asma berkenan hadir.. kakak tunggu”.
Klik Asna kunci layar hp yang berlatarkan gambar kartun favoritnya, dia bergeming dalam hati. Ta’lim rutin yah? Aku belum pernah menghadirinya semasa aku SMP, apa salahnya akumencoba untuk menambah pengalamanku. Tapi aku pake pakaian mana? Selama ini, aku kan punya baju lengan pendek dengan jeans, masa pergi ke Ta’lim pake jeans, bajulengan pendek, rambutku terlihat banyak orang. Bisa jadi pusat perhatian ntar. Lebih baik aku pinjam baju mamah aja deh. Geming  Asma.
Hal ini membuat mamahnya keheranan melihat pola tingkah laku Asma, yang dulu anti banget  dengan baju muslim secara tiba-tiba dia berubah.
“sanyang, kamu gak salah minum obat kan?” tanya mamah heran.
“iihh, mamah. Ngga mah, aku cumamau ikud Ta’lim rutin pekanan disekolah. Jadi aku pinjam baju mamah.” Sahutnya.
“Ta’lim rutin? Sejak kapan kamu ikud acara begituan? Biasanya mamah minta temeninke Ta’lim ibu-ibu di madrasah aja kamu gak mau. Kata kamu kuno, kayak ibu-ibu.” Jawab mama semakin heran.
“mamah sayang , udah deh. Sekarang pakein aku jilbab dulu. Gak bisa nih pakenya.” Jawab Asma dengan kerudung pink di kepalanya.
Asma mengikuti Ta’lim hingga selesai dan hatinya semakin menemukan kedamaian. Apalagi ini pertama kali dia mengikuti kegiatan Islam dan pertama kalinya dia menggunakan jilbab. Ta’lim kali ini membicarakan tentang Universalnya Islam sebagai agama. Dia baru tahu, bahwa Islam adalah agama yang menyeluruh dan benar. Selama ini dia tak perenah memahaminya secara menyeluruh, yang dia tau hanyalah mendirikan sholat, baca Al-Qur’an dan puasa di bulan Ramadhan selebihnya dia tidak memahaminya, terkadang sholat wajib pun masih sering dia tinggalkan. Dia merasa beruntung masih diberikan usia untuk membenahi diri, apalagi Ta’lim pertama ini menyadarkan dia tentang banyak hal, utamanya kewajiban seorang muslimah mengenakan jibab.
“Dek, suda mau menggunakan jilbab secara kontinu?” tanya kak Lia.
Sambil malu Asma menjawab, “jujur kak, Asma baru kali ini pakai jilbab. Kakak tau kan dikeseharian Asma jarang sekali pakai jilbab bahkan tak pernah, ini pun pakai jilbab karena menyesuaika dengan keadaan. Tadi pagi aja sebelum berangkat Asma narik mamah buat pakein jilbab ke Asma.”
Kak Lia tersenyum, “Tapi Asma cantik kok pake jilbab. Akan lebih cantik jika diniatkan dari sekarang untuk Istiqamah menggunakan jilbab. Dalam Islam seorang wanita itu, diwajibkan menutup auratnya. Coba deh dibuka Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59. Disana dijelaskan seorang wanita diwajibkan menutup auratnya, agar lebih mudah untuk dikenali. Jadi sebenarnya jilbab itu identitas seorang muslimah.”
“tapi kak, Asma belum siap kayak kak Lia,” sahut Asma.
Kaka Lia kembali tersenyum ramah, “dek Asma, tak perlu menunggu siap untuk berubah. Asalkan punya keinginan yang kuat untuk tetap Istiqamah dimata Allah itu mudah, gak harus langsung kayak kak Lia kok pake jilbabnya. Ada tahapnya, asalkan adek mau aja untuk mengembangkannya dalam keistiqamahan. Allah itumemberi aturan ukan untuk menyulitkan hamba-Nya, insya Allah dek asma bakalan merasaka berjuta hikmahnya,”
Subhanallah, hati Asma berrdegup kencang. Perkataan kak Lia selalu berlayar dalam pemikiranya sampai-sampai Asma memutuskan untuk membulatkan tekad menggunakan jilbab.
            “Masa Hijrah”
Semenjak aktif menjadi pengurus Irmas, Asma banyak  berubah. Dia rajin mengikuti kajian pekanan yang bernama Mentoring yang mampu menuntun dia untuk tetap istiqamah.
“Asma berubah yah sekarang, gak kayak dulu. Yang tetap sama, laki-laki tetap sama aja pengen jadi pacarnya. Meski sekarang rambut hitamnya tertutupisama jilbabnya.” Obrolan teman-teman sekelasnya.
Tentu saja teman-temannya pasti banyak heran karena selain menggunakan jilbab sikap Asma berubah menjadi lebih sopan, tutur katanya lebih halus, terus yang biasanya jam istirahat digunakann untuk ngerumpi, sekarang lebih dia gunakan untuk dekat dengan Allah. Shalat dhuha, baca Al-Qur’an bahkan puasa senin-kamis tak pernah dia tinggalkan. Subhanallah..
Dulu laki-laki mengejar dia karena kecantikannya dia, utamanya rambut hitamnya. Sekarang pengen jadi pacarnya karena keshalihan Asma. Siapa coba yang gak mau punya pacar cantik shalihah, pintar lagi.
Meski begitu Asma tak pernah lalai dama menjaga hatinya. Dia pernah jujur kepada kak Lia, bahwa dia sedang menyukai laki-laki yang bernama Fulan. Tapi kak Lia tidak marah atau pun melarangnya justru kak Lia memberi motivasi.
“dek Asma Shalihah, punya perasaan sama lawan jenis itu fitrah sayang, tidak ada yang bisa menolaknya ketika itu muncul dalam hati kita, karena itu memang fitrah manusia. Dek Asma suka sama lawan jenis itu wajar dan harus disyukuri, karena dek Asma sedang memiliki cinta dari Allah. Tapi, perlu diingat! Kita harus menempatkannya pada tempat yang tepat, ketika belum halal dalam arti syah menjadi sepasang suami istri kita dilarang mengungkapkanyan, akan lebih baik ketika kita kelola dengan diamnya kita. Contohnya Fatimah dan Ali, mereka berdua baru menyadari jika mereka saling menyukai sebelum menikah, tetapi saling mengungkapkanya itu setelah menikah. Semua orang sudah ada jodohnya kok sayang, sudah tercatat semenjak kita masih dalam rahim sang ibu, yang terpenting bagaimana sekarang cara kita menjemputnya. Seorang wanita itu tercipta dari tulang rusuk laki-laki, jadi tidak akan tertukar. Cinta sejati itu akan hadir dengan seperti apa kondisi iman di hati kita. Lantas ngapain harus pacaran? Harusnya ketika memiliki pereasaan kepada lawan jenis membuat kita tak pernah lelah membenahi diri. Itu janji Allah, jika dek Asma ingin mendapatkan pendamping hidup seperti Nabi Muhammad, sudahkah dek Asma seperti Aisyah ataupun Khadijah? Begitulah. Tetap Istiqamah yah!”
Paparan panjang kak Lia dalam mentoring kali itu membuat Asma yakin bahwa cinta itu harus dia kelola sebaik mungkin, bukan diumbar pada waktu yang belum tepat. Itulah yang membuat dia tidak memikirkan rayuan dari teman laki-lakinya.
            “Keheranan Sang Mamah”
Bukan hanya teman-temanya yang merasakan perubahan pada diri Asma. Orang-orang tedekat dirumahnya pun merasakan hal yang sama utamanya mamah, dia sempat heran melihat perubahan Asma semenjak SMA, mulai dari Asma memutuskan untuk menggunakan jilbab, sikap yang banyak berubah, sampai lagu-lagu pop yang biasa didengarkan tergantikan dengan lagu-lagu religius yang bikin mamah semakin heran.
“Ma, mamah heran deh sama kamu. Kamu gak sakit kan?”
“Ngga mamah sanyang... Asma Cuma ingin menghabiskan masa muda Asma sebagai orang beiman... hehe” sahut Asma sambil nyegir.
“Ma, mamah tuh khawatir sama kamu. Kamu gak ikut aliran yang sedang ramai diperbincangkan?”
“Ngga mamah ku, insya Allah jalan yang Asma tempuh ini jalan yang benar, emang selama Asma berubah mamah ngeliat hal negatif yah dari diri Asma? Samapai mamah bilang asma ikud aliran begituan” sahut asma lagi.
“Ngga kok sayang, sejau ini mamah liat kamu berubah ke arah yang positif. Tapi mamah khawatir aja sama perubahan kamu, pokoknya banyak berubah. Biasa gak suka baca buku, sekarang bukunya segudang bertemakanreligius pula, itu juga lagu-lagu yang sering kamu putar semacam keronconganitu, bikin mamah makin heran”
Itu nasyid mamah. Senandung Islami. Gak kalah ngetop dan enak didengar kok sama yang lagu-lagu pop yang dulu sering asma dengerin, justru kalo dengerin nasyid lebih berkah soalnya syair-syairnya ngingetin kita sama Allah”
“tapi mamah...” mamah tidak melanjutkan percakapanya karena melihat Asma yang tersenyum semakin manis.
“mamah sayang, percaya deh sama Asma. Insya Allah Asma gak akan berubarah keburukan selama Asma tetap memegang teguh aturan Allah. Selama itu positif Asma minta mamah dukung Asma yah. Tapi kalau udah berrubah kearah negatif mamah ingatin Asma.” Diakhiri dengan senyum ramah
“iyaa, iyaa... apa sih yang ngga buat anak mamah”.
Percakapan itu bereakhir dengan kemesraan antara ibu dan anak, Asma memang sangat dekat dengan ibunya, jadi pantas ketika Asma berubah ibunya  sangat mengkhawatirkan keadaanya. Dalam masa perubahanya, ibunya sempat melarangnya menggunakan jilbab yang menutupi dadanya, sampai-sampai jilbab Asma pernah disembunyikan efek dari Asma yang tak pernah mendengarkan perintahnya, Asma hanya memiliki satu jilbab berwarna putih yang hanya digunakan untuk kesekolah saja, selebihnya dia menggunakan jilbab seadanya. Dia sempat terpuruk tapi dengan berjalanya waktu dan keyakinan Asma kepada Allah, ibunya luluh dengan sikap Asma yang terus membaik dan Asma diizinkan menggunakan jilbab panjang semacam kak Lia hingga saat ini, bahkan dia selalu diberikan baju-baju yang syar’i oleh ibunya.
Perubahan Asma membuat ibunya bahagia, karena Asma mampu membuktikan k epada ibunya bahwa berubah menjadi muslimah seutuhnya itu bukan untuk mendapat cap teroris dimata manusia tetapi istimewah dimata Illahi. Laki ini Asma tak pernah ragu untuk melangkah karena berbagai ujian yang dia tempuh dalam masa hijrahnya mampu dia lewati atas izin Allah. Hal tersebut membuat Asma semakin yakin kepada Allah, bahwa semua yang terjadi di dunia ini tak luput dari pertolongan besar Allah.
Asma berharap agar tetap istiqamah hingga akhir hayatnya, banyak do’a yang selalu dia panjatkan kepada Allah, agar Allah tetap menuntunya kejalan keistiqamahan.
Menjadi manusia seutuhnya dengan tetap berada pada alur kehidupan yang sesuia dengan syari’atnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar