Bermula
dari pertemuan perkenalan ekskul di Sekolah Menengah Atas, terhayut dalam
buaian kedahsyatan yang tak pernah tertemukan sebelumnya. Raungan Takbir yang
begitu menggetarkan hati dan senyuman yang menenangkan jiwa, kakak-kakak itubegitu
ramah, qolbu terhayut dalam belaian mesrah indahnya Islam. Mereka menamai
organisasi mereka dengan Irmas, damai sekali Jilbab lebar kakak perempuan yang
teersibak angin membuat ku terpana, apalagi bulatan senyum ramah yang selalu ia
tebarkan kepada kami siswa baru, diri ini tertarik mengenalnya lebih dekat.
Apakah
ini pertanda hidayah yang sering dibicarakan banyak orang?
“Masa SMP”
Asma adalah seorang siswa
Menengah Pertama yang memiliki sikap trendy dan dendy. Penampilanya bak ratu
Kleopatra yang menawan ditengah gurun sahara dan menarik dibukit piramida.
Laki-laki yang tak memiliki pemahaman untuk menjaga hati selalu mencoba
mendekatinya, rayuan kata selalu terlontar kepadanya namun dia tak pernah
menaggapinya. Mungkin penampilannya yang selalu anggun, apa lagi ketika rambut
panjangnya yang tersibak angin membuat laki-laki tak semakin tak berhenti
menggodanya.
“Ma,
kamu itu cantiik. Cowok-cowok juga suka dengan kamu, tapi kenapa kamu gak
pernah serius sama satu orang pun yang mencoba dekatin kamu?” kata Dea temenya.
“hhmm,
belum saatnya aku serius dengan mereka, lagian bisa ajakan mereka suka sama aku
bukan karena hati mereka, yang serius-serius ntar aja kalau sudah menjadi
suami... haha, fokus belajar dulu aja.” Sahut Asma sambil cekikian.
“Kamu itu cantik, juara umum
lagi, gak salah aku memilih kamu jadi teman.” Sahut Dea kembali.
Asma hanya menyahut pernyataan Dea dengan senyum manis
yang biasa dia lontarkan kepada orang terdekatnya, dan Asma mencoba mengganti
alur pembicaraan kepada mata pelajaran yang sedang dipelajari bersama.
“Kelulusan SMP”
Ujian
Naisonal telah menguras otaknya hari-hari dihabiskannya untuk mengupas tuntas
pelajaran-pelajaran yang akan diujikan. Usahanya tak sia-sia, kini Asma lulus
dengan predikat siswa dengan NEM terbaik disekolahnya. Dia memang selalu
mendapatkan gelar juara umum semenjak SD hal yang biasa namun membuat orang
tuanya bahagia.
“Ma,
selamat yah! Kamu lulus dengan hasil terbaik.” Dea mengucapkan selamat.
“makasih
ya De, Alhamdulillah. Doakan aku mudah-mudahan test SMA aku juga lulus.” Jawab
Asma.
Keinginannya
memasuki salah satu sekolah favorit dikotanya tak tertahankan lagi. Entah
kenapa Asma menemukan hal yang berbeda saat keinginannya itu didukung oleh
kedua orang tuanya. Berbeda halnya ketika masuk SMP. “Aku berharap aku lulus di
SMA itu.” Lirih Asma dalah hati.
“Mula-Mula SMA”
Asma
lulus di sekolah yang diimpikannya. Kebahagiaan Asma mengiringi dia selalu
untuk menyempurnakan ikhtiarnya untuk mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan.
Tahap demi tahap dia lalui. Persyaratan daftar ulang pun dia penuhi.
Sampai-sampai Masa Orientasi Siswa (MOS) yang memperkenalkan segala aspek
terkait sekolah dia ikuti, dan pada masa itu pula dia menemukan getaran
kesyahduan yang berbeda. Rasa penasarannya untuk menyapa kakak perempuan
organisasi ittu selalu menghantuinya. Hingga sampai pada satu waktu.
“Assalamu’alaikum...
Dek.”
Yuurr...
perasaan syahdu itu kembali hadir suara itu, senyum ramah itu.
“Wa’alaikumsalam, ya kak.” Sahut Asma.
“Sendirian
saja diberanda musholah? Yang lain kemana?”
“Iya
kak, lagi nunggu teman yang sedang dalam perejalanan.”
“Ohh
gitu, eh kita belum Ta’aruf. Nama saya Lia, nama adik siapa?”
Ta’aruf??? Kata apa itu, aku baru mendengarnya kali
ini. Asing rasanya kata itu singga ditelinga ku. Apa yah artinya? Lirih Asma
dalam hati.
“Nama
saya Asma kak, saya siswa baru di sekolah ini. Kakak yang waktu itu di depan
yang memperkenalkan Irmas yah?
Keinginannya
untuk mengenal kakak perempuan yang membuat dia terbuai dalam kesyahduan
dikabulkan oleh Allah. Asma tersadar ternyata pertolongan Allah datang dari
sisi yang tak pernah dia duga, dia tak pernah menyangka akan berkenalan dengan
kak Lia dalam waktu yang sangat singkat, hingga Ta’aruf berlanjut sampai
perubahan pada diri Asma.
“Ta’lim Pertama”
Hp
Asma bergetar dengan nada dering potongan lagu berjudul “Sunny” yang dibawakan
BCL yang sedang ngetop pada masa itu. Ternyata dia mendapat pesan singkat dari
kak Lia yang berisikan “Assalamu’alaikum dek
Asma... hari ini ada agenda? Kalo tidak ada hari ini disekolah
teman-teman Irmas punyaagenda Ta’lim rutin pekanan. Kak Lia tunggu disekolah
yah, kak Lia harap dek Asma berkenan hadir.. kakak tunggu”.
Klik
Asna kunci layar hp yang berlatarkan gambar kartun favoritnya, dia bergeming
dalam hati. Ta’lim rutin yah? Aku belum pernah menghadirinya semasa aku SMP,
apa salahnya akumencoba untuk menambah pengalamanku. Tapi aku pake pakaian
mana? Selama ini, aku kan punya baju lengan pendek dengan jeans, masa pergi ke
Ta’lim pake jeans, bajulengan pendek, rambutku terlihat banyak orang. Bisa jadi
pusat perhatian ntar. Lebih baik aku pinjam baju mamah aja deh. Geming Asma.
Hal
ini membuat mamahnya keheranan melihat pola tingkah laku Asma, yang dulu anti
banget dengan baju muslim secara
tiba-tiba dia berubah.
“sanyang, kamu
gak salah minum obat kan?” tanya mamah heran.
“iihh, mamah.
Ngga mah, aku cumamau ikud Ta’lim rutin pekanan disekolah. Jadi aku pinjam baju
mamah.” Sahutnya.
“Ta’lim rutin?
Sejak kapan kamu ikud acara begituan? Biasanya mamah minta temeninke Ta’lim
ibu-ibu di madrasah aja kamu gak mau. Kata kamu kuno, kayak ibu-ibu.” Jawab
mama semakin heran.
“mamah sayang ,
udah deh. Sekarang pakein aku jilbab dulu. Gak bisa nih pakenya.” Jawab Asma
dengan kerudung pink di kepalanya.
Asma
mengikuti Ta’lim hingga selesai dan hatinya semakin menemukan kedamaian.
Apalagi ini pertama kali dia mengikuti kegiatan Islam dan pertama kalinya dia
menggunakan jilbab. Ta’lim kali ini membicarakan tentang Universalnya Islam
sebagai agama. Dia baru tahu, bahwa Islam adalah agama yang menyeluruh dan
benar. Selama ini dia tak perenah memahaminya secara menyeluruh, yang dia tau
hanyalah mendirikan sholat, baca Al-Qur’an dan puasa di bulan Ramadhan
selebihnya dia tidak memahaminya, terkadang sholat wajib pun masih sering dia tinggalkan.
Dia merasa beruntung masih diberikan usia untuk membenahi diri, apalagi Ta’lim
pertama ini menyadarkan dia tentang banyak hal, utamanya kewajiban seorang
muslimah mengenakan jibab.
“Dek, suda mau
menggunakan jilbab secara kontinu?” tanya kak Lia.
Sambil
malu Asma menjawab, “jujur kak, Asma baru kali ini pakai jilbab. Kakak tau kan
dikeseharian Asma jarang sekali pakai jilbab bahkan tak pernah, ini pun pakai
jilbab karena menyesuaika dengan keadaan. Tadi pagi aja sebelum berangkat Asma
narik mamah buat pakein jilbab ke Asma.”
Kak
Lia tersenyum, “Tapi Asma cantik kok pake jilbab. Akan lebih cantik jika
diniatkan dari sekarang untuk Istiqamah menggunakan jilbab. Dalam Islam seorang
wanita itu, diwajibkan menutup auratnya. Coba deh dibuka Al-Qur’an surah
Al-Ahzab ayat 59. Disana dijelaskan seorang wanita diwajibkan menutup auratnya,
agar lebih mudah untuk dikenali. Jadi sebenarnya jilbab itu identitas seorang
muslimah.”
“tapi kak, Asma
belum siap kayak kak Lia,” sahut Asma.
Kaka
Lia kembali tersenyum ramah, “dek Asma, tak perlu menunggu siap untuk berubah.
Asalkan punya keinginan yang kuat untuk tetap Istiqamah dimata Allah itu mudah,
gak harus langsung kayak kak Lia kok pake jilbabnya. Ada tahapnya, asalkan adek
mau aja untuk mengembangkannya dalam keistiqamahan. Allah itumemberi aturan
ukan untuk menyulitkan hamba-Nya, insya Allah dek asma bakalan merasaka berjuta
hikmahnya,”
Subhanallah,
hati Asma berrdegup kencang. Perkataan kak Lia selalu berlayar dalam
pemikiranya sampai-sampai Asma memutuskan untuk membulatkan tekad menggunakan
jilbab.
“Masa
Hijrah”
Semenjak aktif
menjadi pengurus Irmas, Asma banyak
berubah. Dia rajin mengikuti kajian pekanan yang bernama Mentoring yang
mampu menuntun dia untuk tetap istiqamah.
“Asma berubah
yah sekarang, gak kayak dulu. Yang tetap sama, laki-laki tetap sama aja pengen
jadi pacarnya. Meski sekarang rambut hitamnya tertutupisama jilbabnya.” Obrolan
teman-teman sekelasnya.
Tentu
saja teman-temannya pasti banyak heran karena selain menggunakan jilbab sikap
Asma berubah menjadi lebih sopan, tutur katanya lebih halus, terus yang
biasanya jam istirahat digunakann untuk ngerumpi, sekarang lebih dia gunakan
untuk dekat dengan Allah. Shalat dhuha, baca Al-Qur’an bahkan puasa senin-kamis
tak pernah dia tinggalkan. Subhanallah..
Dulu
laki-laki mengejar dia karena kecantikannya dia, utamanya rambut hitamnya.
Sekarang pengen jadi pacarnya karena keshalihan Asma. Siapa coba yang gak mau
punya pacar cantik shalihah, pintar lagi.
Meski
begitu Asma tak pernah lalai dama menjaga hatinya. Dia pernah jujur kepada kak
Lia, bahwa dia sedang menyukai laki-laki yang bernama Fulan. Tapi kak Lia tidak
marah atau pun melarangnya justru kak Lia memberi motivasi.
“dek Asma Shalihah, punya perasaan sama lawan jenis itu
fitrah sayang, tidak ada yang bisa menolaknya ketika itu muncul dalam hati
kita, karena itu memang fitrah manusia. Dek Asma suka sama lawan jenis itu
wajar dan harus disyukuri, karena dek Asma sedang memiliki cinta dari Allah.
Tapi, perlu diingat! Kita harus menempatkannya pada tempat yang tepat, ketika
belum halal dalam arti syah menjadi sepasang suami istri kita dilarang
mengungkapkanyan, akan lebih baik ketika kita kelola dengan diamnya kita.
Contohnya Fatimah dan Ali, mereka berdua baru menyadari jika mereka saling
menyukai sebelum menikah, tetapi saling mengungkapkanya itu setelah menikah.
Semua orang sudah ada jodohnya kok sayang, sudah tercatat semenjak kita masih
dalam rahim sang ibu, yang terpenting bagaimana sekarang cara kita
menjemputnya. Seorang wanita itu tercipta dari tulang rusuk laki-laki, jadi
tidak akan tertukar. Cinta sejati itu akan hadir dengan seperti apa kondisi
iman di hati kita. Lantas ngapain harus pacaran? Harusnya ketika memiliki
pereasaan kepada lawan jenis membuat kita tak pernah lelah membenahi diri. Itu
janji Allah, jika dek Asma ingin mendapatkan pendamping hidup seperti Nabi
Muhammad, sudahkah dek Asma seperti Aisyah ataupun Khadijah? Begitulah. Tetap
Istiqamah yah!”
Paparan
panjang kak Lia dalam mentoring kali itu membuat Asma yakin bahwa cinta itu harus
dia kelola sebaik mungkin, bukan diumbar pada waktu yang belum tepat. Itulah
yang membuat dia tidak memikirkan rayuan dari teman laki-lakinya.
“Keheranan
Sang Mamah”
Bukan
hanya teman-temanya yang merasakan perubahan pada diri Asma. Orang-orang tedekat
dirumahnya pun merasakan hal yang sama utamanya mamah, dia sempat heran melihat
perubahan Asma semenjak SMA, mulai dari Asma memutuskan untuk menggunakan
jilbab, sikap yang banyak berubah, sampai lagu-lagu pop yang biasa didengarkan
tergantikan dengan lagu-lagu religius yang bikin mamah semakin heran.
“Ma, mamah heran
deh sama kamu. Kamu gak sakit kan?”
“Ngga mamah
sanyang... Asma Cuma ingin menghabiskan masa muda Asma sebagai orang beiman...
hehe” sahut Asma sambil nyegir.
“Ma, mamah tuh
khawatir sama kamu. Kamu gak ikut aliran yang sedang ramai diperbincangkan?”
“Ngga mamah ku,
insya Allah jalan yang Asma tempuh ini jalan yang benar, emang selama Asma
berubah mamah ngeliat hal negatif yah dari diri Asma? Samapai mamah bilang asma
ikud aliran begituan” sahut asma lagi.
“Ngga kok
sayang, sejau ini mamah liat kamu berubah ke arah yang positif. Tapi mamah
khawatir aja sama perubahan kamu, pokoknya banyak berubah. Biasa gak suka baca
buku, sekarang bukunya segudang bertemakanreligius pula, itu juga lagu-lagu
yang sering kamu putar semacam keronconganitu, bikin mamah makin heran”
Itu nasyid
mamah. Senandung Islami. Gak kalah ngetop dan enak didengar kok sama yang
lagu-lagu pop yang dulu sering asma dengerin, justru kalo dengerin nasyid lebih
berkah soalnya syair-syairnya ngingetin kita sama Allah”
“tapi mamah...”
mamah tidak melanjutkan percakapanya karena melihat Asma yang tersenyum semakin
manis.
“mamah sayang,
percaya deh sama Asma. Insya Allah Asma gak akan berubarah keburukan selama
Asma tetap memegang teguh aturan Allah. Selama itu positif Asma minta mamah
dukung Asma yah. Tapi kalau udah berrubah kearah negatif mamah ingatin Asma.”
Diakhiri dengan senyum ramah
“iyaa, iyaa...
apa sih yang ngga buat anak mamah”.
Percakapan
itu bereakhir dengan kemesraan antara ibu dan anak, Asma memang sangat dekat
dengan ibunya, jadi pantas ketika Asma berubah ibunya sangat mengkhawatirkan keadaanya. Dalam masa
perubahanya, ibunya sempat melarangnya menggunakan jilbab yang menutupi
dadanya, sampai-sampai jilbab Asma pernah disembunyikan efek dari Asma yang tak
pernah mendengarkan perintahnya, Asma hanya memiliki satu jilbab berwarna putih
yang hanya digunakan untuk kesekolah saja, selebihnya dia menggunakan jilbab
seadanya. Dia sempat terpuruk tapi dengan berjalanya waktu dan keyakinan Asma
kepada Allah, ibunya luluh dengan sikap Asma yang terus membaik dan Asma
diizinkan menggunakan jilbab panjang semacam kak Lia hingga saat ini, bahkan
dia selalu diberikan baju-baju yang syar’i oleh ibunya.
Perubahan
Asma membuat ibunya bahagia, karena Asma mampu membuktikan k epada ibunya bahwa
berubah menjadi muslimah seutuhnya itu bukan untuk mendapat cap teroris dimata
manusia tetapi istimewah dimata Illahi. Laki ini Asma tak pernah ragu untuk
melangkah karena berbagai ujian yang dia tempuh dalam masa hijrahnya mampu dia
lewati atas izin Allah. Hal tersebut membuat Asma semakin yakin kepada Allah,
bahwa semua yang terjadi di dunia ini tak luput dari pertolongan besar Allah.
Asma
berharap agar tetap istiqamah hingga akhir hayatnya, banyak do’a yang selalu
dia panjatkan kepada Allah, agar Allah tetap menuntunya kejalan keistiqamahan.
Menjadi manusia
seutuhnya dengan tetap berada pada alur kehidupan yang sesuia dengan
syari’atnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar